WARIAT, MANUSIA MINI SETINGGI 50 CM

Sabtu, 31 Juli 2010

Malang menimpa Wariat,wanita asal Desa Wotanmas Jedong, Kecamatan Ngoro.Tubuhnya mini, dengan tinggi 50 cm. Sementara dua tangan dan kakinya tak mampu digerakkan.

KELAINAN fisik wanita 40 tahun itu dialaminya sejak balita. Wariat punya ukuran tubuh mini seperti masih kanak-kanak. Kedua tangan dan kakinya yang tanpa tulang membuatnya harus rela hanya bisa terbaring di atas tempat tidur. Kesedihan Wariat bertambah, karena saat ini ia tidak memiliki orangtua. Sejak beberapa tahun yang lalu, kedua orangtuanya meninggal lantaran sakit.

Untuk aktivitas sehari-harinya, ia menggantungkan belas kasihan orang lain, termasuk mandi, makan, dan ganti pakaian. Setiap hari hanya terbaring dan duduk di tempat tidur. Aktivitas ringan yang bisa ia lakukan hanya menonton televisi dan mendengarkan musik kesukaannya, dangdut.

Di rumah sederhananya itu, Wariat tinggal bersama Mesti, 50, dan Mair, 54, paman dan bibinya yang rela merawatnya. Dua orang inilah yang setiap hari jadi tumpuan hidupnya. Kendati dengan kondisi demikian, guratan semangat hidup masih ditampakkannya. Sesekali ia menghibur diri, meski seringkali sendirian seharian.

Mesti, bibi Wariat menceritakan, kelainan fisik Wariat terjadi sejak masih bayi. Sakit itu dia derita saat umurnya baru beberapa bulan, kedua orangtua Wariat memilih dukun untuk mengobatinya. Seperti dukun bayi lainnya, yang bisa dilakukan hanya memijat. “Awalnya sakit semacam bisul.

Karena saat itu tak ada dokter dan untuk ke puskesmas letaknya sangat jauh,” tutur Mesti dengan bahasa Jawa. Memang, setelah dipijat dukun itu, sakit Wariat seakan sembuh. Tapi setelah beberapa hari, kondisi Wariat malah memburuk. Bahkan, dua tangan dan kakinya tak bisa digerakkan.

”Kami masih belum sadar bahwa Wariat mengalami kelainan fisik setelah dipijat itu,” ujarnya. Saat usia Wariat menginjak satu tahun, keluarganya mulai curiga dengan pertumbuhannya. Pertumbuhan bayi itu tidak normal. Bahkan, setiap tahunnya, tinggi dan berat badan Wariat tak kunjung bertambah. Kondisi ini terus terjadi hingga Wariat dewasa.

Lantaran kondisi fisik yang tak normal itu, Wariat harus merelakan impiannya untuk sekolah, apalagi bermain seperti teman sebayanya. Kondisi mengenaskan itu membuat kedua orangtua Wariat tertekan. Apalagi keluarga ini terbilang sangat miskin. ”Kalau berobat ke rumah sakit, jelas kami tak mampu.

Upaya pengobatan alternatif sudah berkali-kali dilakukan, tapi tak kunjung mendapatkan perubahan,” kata Mesti. Wariat mengaku pasrah dengan kondisi fisiknya itu.Ia mengaku,tak hanya kelainan fisik yang dirasakan, kesehatannya juga sering terganggu, seperti sering mengalami demam, batuk, dan pilek.

“Penyakit itu menjadi langganan,”’ kata Wariat yang tak mampu berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia. Untuk menghabiskan waktunya,ia mengaku sering menghibur diri dengan apa saja yang ada di sekelilingnya. Sebuah televisi pemberian warga yang kasihan kepadanya selalu menemaninya melewati hari.

”Ya, hanya tidur-tiduran saja. Hanya itu yang bisa saya lakukan,” ungkapnya pasrah. Sebelumnya, keluarga miskin ini tak sempat menikmati bantuan dari pemerintah. Padahal, untuk memenuhi kebutuhan tiga anggota keluarga ini, mereka hanya mengandalkan bantuan dari warga. Karena kondisinya itu, kemarin, petugas dari Kantor Kejahteraan Sosial (Kankessos) Kabupaten Mojokerto mengunjungi rumah Wariat.

Beberapa bantuan berupa peralatan dapur, pakaian, dan sembako diberikan kepada keluarga miskin ini. Kepala Kankessos Kabupaten Mojokerto Yudha Eko Setyo Hadi mengatakan, pihaknya akan memasukkan Wariat sebagai salah satu warga yang akan menerima bantuan dari Program Keluarga Harapan.

Menurut dia, kondisi Wariat ini layak mendapatkan bantuan untuk rumah tangga sangat miskin itu. ”Kami akan ajukan agar keluarga Wariat menjadi sasaran PKH, juga untuk BLT,”janji Yudha.

Baca Juga Artikel Di bawak ini....



0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

Label

Labels